Kamis, 05 Maret 2009

BAB I
WAWASAN SENI
A. Kebudayaan dan Permasalahannya
Budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi bermakna akal
dan batin yang digunakan untuk menimbang perbuatan baik dan
buruk, benar dan salah. Makna perbuatan di dalamnya dilihat dari
watak, perangai, tabiat, akhlak perbuatan baik dengan ikhtiar.
Di sisi lain, daya mengandung arti tenaga, kekuatan, pengaruh,
cara atau jalan akal dalam berikhtiar. Dengan demikian budaya
berarti kekuatan yang mendorong seseorang untuk bertabiat baik,
benar dengan melalui cara-cara yang dapat menimbang perbuatan
yang harus dan tidak boleh dilakukan.
Pakar budaya Kuntjoroningrat dalam buku Simbolisme
Budaya Jawa yang dikutip Budiono H, menyatakan bahwa kata
budaya berasal dari bahasa Sansekerta (bhuddhayah) adalah
bentuk jamak dari buddi yang berarti budi dan akal. Selanjutnya,
Koencoroningrat menguraikan dan menjabarkan bahwa kebudayaan
terdiri dari tujuh unsur universal dan terdiri dari aspek-aspek sebagai
berikut di bawah ini.
Tujuh (7) unsur kebudayaan adalah sebagai berikut:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan,
2. Sistem dan organisasi kerjasama,
3. Sistem pengetahuan,
4. Bahasa,
5. Kesenian,
6. Sistem mata pencaharian hidup,
7. Sistem teknologi dan peralatan,
Para siswa yang kami sayangi, mengacu pada ke tujuh unsur
kebudayaan tersebut di atas, salah satu yang akan dibahas dalam
buku ini adalah kesenian. Kesenian khususnya menyangkut salah
satu aspek seni yakni seni tari.
Kesenian dalam bentuk kegiatan merupakan budi daya
manusia. Kesenian merupakan perwujudan gagasan-gagasan
tradisional yang diperoleh secara historis. Kesenian hubungannya
dengan nilai-nilai merupakan bentuk simbolisasi, mencipta karya
2 SENI TARI
atau berkarya yang berarti memberi bentuk tujuan/visi manusia
secara pribadi.
Kebudayaan merupakan warisan fakta-fakta budaya yang
memiliki makna apabila dituangkan melalui konsep pikir, perasaan,
berkeindahan secara bebas. Dengan demikian, kebudayaan dapat
membentuk tingkah laku manusia yang harmonis secara bebas.
Kebudayaan pada dasarnya merupakan proses mencapai
tingkah laku yang sempurna. Kaitan berkebudayaan dengan
kehidupan bermasyarakat atau berkebangsaan sebagai kontaks
budaya dalam konteks kebersamaan, manusia berkelompok
membentuk warisan tata cara dan pernyataan maksud dalam
mencapai tujuan bersama.
Secara histories. akumulasi pernyataan kebudayaan dapat
dituangkan dalam bentuk hubungan tata cara dan tingkah laku yang
disepakati sesuai adat kebiasaan, adat yang diatur dalam agama.
Hal tersebut dapat dibuktikan melalui perilaku suku bangsa dalam
berkebudayaan akan selalu berupaya melakukan adaptasi atau
penyesuaian dalam perilaku berbudi pekerti santun, terpuji, dan
berbudi bahasa serta bertutur yang baik.
Manusia berbudaya dapat dipandang lebih tinggi dibanding
dengan makhluk lain di dunia. Manusia menghasilkan hasil budaya,
konsep cara berpikir, dan kemampuan mengorganisasikan ingatan,
dan motif bertindak melalui ungkapan pikiran yang dimiliki. Konteks
budaya manusia bermacam bentuknya. Secara teoretis, konteks
budaya manusia berbentuk tulisan, perilaku, implementasi motif
ungkapan verbal (lisan) .
Para siswa yang tercinta, perjalanan hidup manusia di dalam
menerapkan pengalaman perilakunya dimodifikasi untuk mencapai
tujuan hidupnya. Manusia menomorsatukan peran fungsi kelakuan
fungsi rohaniah dalam bentuk kemauan yang ditunjukan. Hal
tersebut biasanya bertujuan untuk mengungkapkan kemauan,
maksud tujuan agar dapat dibicarakan atau menjadi buah bibir.
Dengan demikian, dalam pelaksanaannya perilaku dan penghayatan
rohani manusia dapat saling bertolak belakang.
Kemampuan manusia untuk menalarkan budaya erat
hubungannya dengan kemampuan berpikir, kepekaan perilaku, dan
kreativitas dan eksperimen imajinasi dalam mewujudkan hasil budi
daya (budaya). Cara-cara tersebut muncul pada saat mencari ide,
menjabarkan ide, dan memproses terwujudnya komunitas
berkesenian.
SENI TARI 3
Kemampuan menuangkan ide seperti disebut di atas patut
disyukuri. Prosedur mewujudkan kreativitas dan imajinasi hasil
budaya sangat penting. Kualitas perwujudannya dapat dilakukan
seseorang melalui menempatkan kelebihan berpikir dan
berimajinasi. Seseorang dalam melakukan perwujudan keseniannya
mutlak syarat yang harus dikembangkan. Hal ini dapat digunakan
untuk membedakan manusia dengan mahluk lain. Perwujud
melaksanakan kebudayaan manusia dikembangkan sesuai konsep
hasil budaya dengan berbagai pilihannya.
Hasil budaya tersebut di atas selanjutnya digunakan manusia
sebagai alat untuk beradaptasi dengan lingkungan alam, terutama
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Dengan
demikian kemampuan untuk melahirkan gagasan, arah dan tujuan
yang ingin dicapai, hingga perubahan yang diharapkan terutama
dalam melahirkan satu konsep yang dibayangkan, dipikirkan, dan
dicita-citakan manusia yang bersangkutan selalu berhubungan
dengan orientasi budaya dan tingkat adaptasinya di dalam
pengembangan yang diharapkan.
Ilustrasi tentang kemampuan manusia untuk melahirkan
kreativitas dan imajinasi inilah yang selanjutnya digunakan oleh
penulis untuk memahami corak-ragam kesenian yang pada tingkat
adaptasinya sebagai hasil budaya. Konsekuensi logis yang harus
ada adalah menjadi pencerahan hasil budaya manusia untuk
difokuskan dalam bentuk kesenian.
Kesenian yang telah mapan telah mempola membentuk
identitas, dalam perkembangannya disosialisasikan menjadi hasil
budaya nenek moyang atau leluhur yang siap diwariskan. Nilai
budaya nenek moyang telah mencapai pemahaman yang tinggi.
Falsafah yang terkandung bermakna dan memiliki bobot. Hal ini
dapat tersirat di dalamnya dengan mengajarkan berbagai makna
dalam isi yang berbudi luhur. Makna simbolis budaya nenek moyang
yang telah diwariskan secara implicit sebagai pernyataan budaya.
Kurun waktu yang berjalan terus hingga akhir zaman, wujud
kebudayaan yang salah satu sisi diungkapkan dalam bentuk
kesenian sangat bervariasi. Pencapaian tingkat penghayatannya
diarahkan untuk mencapai standar hasil kesenian hingga pada
tingkat adaptasinya untuk mewujudkan hasil pemikiran manusia
secara beragam. Pada masa datang hasil seni diharapkan bisa
menjadi panutan, cahaya hidup, dan sumber inspirasi penciptaan.
Konsep dasar yang dapat dituangkan melalui seni tersirat sebagai
4 SENI TARI
pijakan dari pengembangan budi dan daya manusia dalam
memecahkan dilema masalah yang dihadapi manusia. Reputasi
kesenian yang tampil tersebut selanjutnya menjadi model bermacam
jenis seni yang ada di bumi.
Kendala yang dihadapi dalam menyatakan hasil kesenian
berhubungan dengan sesuatu yang dibayangkan, dipikirkan, dan
dicita-citakan. Produk kesenian yang diwujudkan pada hakikatnya
harus dianalisis atau dirinci sehingga pada bentuk yang muncul
mampu menjelaskan khasanah refleksi kehidupan manusia agar
masuk akal atau logis. Kesenian di Indonesia berwujud hasil budaya
manusia Indonesia yang secara integral diakui oleh kalangan
pendidikan dan ini digunakan bahan pembelajaran.
Para siswa yang kami cintai, kesenian sebagai wujud hasil
kreasi manusia patut diakomodasi ke dalam tulisan buku ini. Sebagai
hasil kreasi yang diinventarisasi sejak awal sangat positif.
Pendokumentasian seni tari kurang ditumbuhkembangkan. Penulis
pada kesempatan ini memposisikan penulisan buku sebagai satu
personifikasi rasa empati, simpati, dan pengayaan bahan bacaan
siswa dan masyarakat tentang Seni Tari.
Langkah mengupayakan apresiasi lebih dini terhadap buku
Seni Tari sudah layaknya dipikirkan. Hal ini dipentingkan sebagai
literatur atau bahan bacaan yang digunakan sebagai pijakan
transformasi budaya siswa Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) untuk
sekarang dan masa yang akan datang. Hal ini bertujuan agar siswa
sebagai generasi penerus tidak menjadi kehilangan warisan budaya.
Kesempatan ini secara kebetulan menjadi momen yang tidak
disia-siakan untuk memaparkan kompleksitas Seni Tari,
hubungannya dengan seni lain, jenis dan wahana seni tari, serta
perspektif seni tari untuk masa datang serta bagaimana peran fungsi
dan harapan ke depan agar mampu diantisipasi oleh generasi yang
akan datang sehingga tidak layu sebelum berkembang.
Dengan perkataan lain, dapat dijelaskan bahwa konversi seni
dan budaya dalam wadah Seni Tari adalah sebagai salah satu
asset budaya yang ada di Indonesia. Cakupan ini ditulis sebagai
arah pandang generasi datang untuk pembelajaran. Kronologi yang
diharapkan agar generasi penerus tidak akan mengalami degradasi
mental untuk belajar keseniannya sendiri kepada bangsa lain. Pada
muaranya, hasil kesenian yang direpresentasikan ini tidak putus
mata rantainya, hingga kita kehilangan seni dan budaya bangsa
sendiri.
SENI TARI 5
Oleh sebab itu, rangkaian mata rantai penulisan,
penelusuran, argumentasi, dan pernyataan yang terkandung dalam
buku ini tidak semata-mata untuk dikukuhi sebagai amalan pendapat
penulis saja, melainkan sebagai hasil kesenian yang dicacahgabungkan
menjadi hasil penulisan informasi banyak pihak,
sehingga generasi berikut tidak kehilangan arah untuk melestarikan
dan mengembangkan kesenian sendiri agar lebih inovatif, variatif,
akomodatif, dan perspektif. Patut disadari bahwa perkembangan
zaman dan teknologi yang sangat pesat dapat digunakan untuk
mengubah momen ini menjadi penting. Perkembangan ini harus
dapat dimanfaatkan untuk konservasi, revitalisasi, dan transformasi
kesenian agar tidak punah.
Dokumentasi dan pelestarian kesenian harus dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah agar generasi berikut tidak buta
budaya atau kesenian bangsa sendiri. Selanjutnya, pada
implementasinya bentuk penyadaran kepada generasi penerus kita
agar mau dan sanggup bertanggung jawab dalam pewarisan dan
pengembangan ke mana arah dan laju kesenian kita akan dibawa.
B. Pengertian Kesenian
Para siswa yang bahagia, dalam banyak buku antropologi
disebutkan bahwa salah satu cabang kebudayaan adalah kesenian.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa kebudayaan sebagai
keseluruhan cara hidup manusia, dalam bentuk warisan sosial yang
diperoleh seseorang dan kelompoknya serta merupakan bagian
yang dianggap jamak bagi lingkungan dan komunitasnya harus
diwariskan. Hal tersebut berhubungan dengan penjabaran konsep
dan replika penciptaan manusia.
Menurut Kuncoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam
tiga sistem, yakni pertama sistem budaya yang lazim disebut adatistiadat.
Kedua sistem sosial yang merupakan suatu rangkaian
tindakan yang berpola dari manusia. Ketiga, system teknologi
sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan
jasmaniahnya.
Bagaimana manusia menghargai ketiga sistem di atas, pada
sesungguhnya manusia itu sendiri butuh aktivitas demi menjamin
terpenuhinya kebutuhan. Hal penting yang diperlukan untuk
menyatakan maksud adalah peran fungsi budaya dalam tatanan
kehidupan secara lahiriah dan batiniah.
6 SENI TARI
Secara eksplisit, fungsi kebudayaan manusia yang
difungsikan untuk memahami dan mengintegrasikan lingkungan dan
pengalaman adalah hasil kesenian. Kesenian akan menjadi panduan
agar dapat dijadikan kerangka dasar di dalam mewujudkan kelakuan
biasanya dinyatakan dengan maksud yang disamarkan. Atau
dengan istilah lain, seni merupakan pernyataan simbolisme makna
dan maksud penciptanya.
Menurut pandangan penulis, bahwa berdasarkan konteks
kesenian yang memiliki banyak ragam, cabang-cabang seni memiliki
banyak jenis, salah satu unsurnya adalah seni tari (kesenian tari).
Kesenian tari yang ada ini pada awalnya terjadi disebabkan adanya
lapisan-lapisan ekspresi jiwa manusia yang bertumpu kepada
sejarah dari zaman ke zaman. Rekapitulasi kesenian tari secara
periodic selanjutnya menghasilkan bermacam kreasi terutama
berhubungan dengan aspek kesenian tari itu sendiri.
Jenis-jenis kesenian tari tertentu mempunyai kelompok
pendukung yang memiliki fungsi berbeda. Adanya perubahan fungsi
kesenian tari yang ada dapat membentuk perubahan hasil-hasil
seninya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya dinamika masyarakat,
kreativitas, dan pola tingkah laku manusia yang beradaptasi dalam
konsteks kemasyarakatan. Di sinilah kesenian tari menjadi
berkembang, bersosialisasi, dan beradaptasi dalam lingkungan
sosial-budaya baik secara sendiri maupun melalui pemahaman
sosialisasi manusia di kalangan pendukungnya berkembang secara
sporadis membentuk modifikasi kesenian tari yang baru dalam
bentuk seni tari yang berwawasan teknologi.
Seperti di depan telah disinggung, unsur kebudayaan salah
satunya adalah kesenian (Kuntjoroningrat: 2002, 12-35).
Selanjutnya, macam dan jenis kesenian yang ada terdiri dari banyak
jenis. Kesesuaian yang sering diperbincangkan adalah bahwa
kesenian dibatasi dengan ruang lingkup yang sudah diprogram oleh
pemerintah meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
Cabang Kesenian (Jenis-jenis Seni)
1. Seni rupa,
2. Seni musik,
3. Seni tari,
4. Seni teater,
5. Seni kerajinan,
6. Seni berwawasan teknologi
7. Seni-seni lainnya.
SENI TARI 7
Secara konseptual peta seni dalam konsep kebudayaan
dapat dilihat pada bagan di bawah ini adalah sebagai berikut:
Bagan 1.1
Peta Seni dalam konteks Budaya
Kebudayaan
6 aspek lain
Kebudayaan
Kesenian
Seni Tari
Seni Musik
Seni Rupa
Seni Berteknologi
Kerajinan Tangan
Seni Teater
8 SENI TARI
C. Wawasan Seni dan Proses Kreatif, serta Pendidikan
Kesenian
Siswa yang budiman, pada kesempatan lanjut dapat
dipahami, kesenian sebagai produk merupakan hasil dari segala
potensi manusia menyangkut cipta, rasa, dan karsa. Kesenian
memiliki unsur keluhuran (nilai etis), unsur keindahan (estetik), dan
hasil dari emosi (rasa) serta rasio (akal) manusia (Ki Hajar
Dewantoro: 2002, 12-24).
Ragam kesenian terjadi karena adanya kontak budaya yang
terutama pada lapisan-lapisan komunitas seni dan kesenian itu
sendiri, sehingga bersemi dan mengakar pada pendukungnya.
Selanjutnya, kontak budaya yang berkembang lebih lanjut tumbuhmenyebar
bertumpu pada perjalanan sejarah dari zaman ke zaman.
Jenis-jenis kesenian beraneka-ragam. Kesenian jenis
tertentu memiliki fungsi-fungsi yang berbeda satu dengan lainnya.
Adanya perubahan fungsi ke perubahan bentuk pada hasil-hasil
kesenian, menjadikan dinamika masyarakat pendukungnya berubah.
Hal tersebut seperti dihalaman sebelumnya telah disebut
memperlihatkan bahwa dalam konteks kemasyarakatan, arah dan
perkembangan seni semakin variatif. Oleh sebab itu, perubahan dan
tumbuh kembangnya yang bervariasi tersebut memberikan corak
yang beragam pada jenis kesenian.
Dengan demikian apabila ditinjau dari contoh paradigma
kesenian tersebut, kesenian menjadi bagian integral yang dapat
menempatkan manusia untuk ambil bagian di dalamnya. Hal
tersebut berhubungan dengan membentuk, mengatur, dan
mengembangkan kesenian itu sendiri agar menjadi bentuk baru atau
reservasi bentuk lama menjadi bentuk modifikasi. Pada akhirnya
akan mampu berubah wujud menjadi hakiki kesenian yang
mengakar.
Pernyataan tentang bentuk baru seni, modifikasi, dan
perubahan wujud di dalamnya tersirat proses kreatif yang tidak
hanya dua pihak yang terlibat, melainkan tiga yaitu kesadaran
manusia yang realis, medium ungkap seni, serta kemungkinan
tentang ruang penciptaan menempati kedudukan yang mutlak.
Dengan demikian dapat dicatat, bahwa proses kreatif merupakan
pertemuan dan pertautan ganda antara kesadaran manusia dengan
realitas di satu sisi dan pada sisi lain kesadaran dan keterampilan
seniman dengan media yang digunakan secara bergiliran dipilih,
dibentuk, dan disusun menjadi lambang-lambang seni beserta
SENI TARI 9
eksistensinya sehingga terjadi pertautan lambang seni yang memiliki
hubungan struktural guna mengungkapkan pengalaman yang
dialami seniman, bulat, utuh, dan dibalut ke dalam makna simbolis.
Proses kreatif pada implementasinya adalah pembinaan
kemampuan pemahaman konseptual untuk terwujudnya berbagai
segi seni. Dalam pendidikan, peserta didik diberi pengetahuan dan
dilatih bagaimana cara membuat konsep dan gejala yang
generalisasinya memuat tentang gejala kesenian. Penuangan
konsep dan generalisasi kesenian dilakukan melalui proses kreatif.
Usaha penyelamatan, pewarisan, pengembangan dan penciptaan
baru seni bertolak dari kesenian tradisional dan nontradisional.
Pengembangan seni dan konservasi di bidang penciptaan
menekankan proses kreatif. Ada asumsi yang menyatakan bahwa
kesenian tidak dapat dipelajari secara ilmiah dan digeneralisasikan.
Pandangan ini pada dasarnya hanya salah satu pendapat. Pada sisi
yang dilakukan secara ilmiah, konsep-konsep kesenian dan
generalisasi tentang seni timbul sebagai bentuk kerancuan yang
muncul kurang informatif dan adaptif. Selama gejala dan asumsi
tentang bagaimana cara dan penjelasan pola pikir tentang konsep
dan generalisasi seni masuk akal, maka tafsiran intelektual kesenian
diharapkan dapat diterima, rasional, serta menjadi karya seni yang
merupakan pengetahuan yang kurang lengkap, ilmiah secara
empiris dapat diterima.
Masalah pemanduan bakat, penafsiran pendidikan dan
latihan adalah kerangka yang harus dilewati seseorang dalam
belajar kesenian melalui proses kreatif. Jika pendidikan yang
demikian harus dilengkapi dengan melalui pernyataan makna
simbolis yang mampu dijelaskan secara logika, maka seni yang
dibentuk melalui penciptaan karya-karya baru menjadi formal dan
ilmiah. Dengan demikian proses kreatif yang sejak awal sebagai
prosedur pembelajaran, pelatihan, dan pernyataan makna simbolis