Sabtu, 22 Januari 2011

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh
Nya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
"aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

WS Rendra

Kenyataanku Menjadi Mimpi | Curahan Hati

sedih...
sedih sebenarnya... tapi sayang, dan ga pernah tau kenapa....
belum lama, tapi terasa sangat dalam,

seperti nemuin harta terpendam yg ga pernah ada dalam bayangan, mimpi pun ga pernah... apalagi jadi kenyataan???

berat,... sungguh berat, mimpi itu yg ga pernah ada, malah duluan jadi nyata...
klu mimpi itu bisa jadi nyata, maka kenyataan ini sekarang beujung mimpi....

bingung,
bingung mau apa... lari? jalan? lompat? tidur? duduk?...
lari berarti ga "gentle"
jalan berarti nyoba untuk keep fight meneruskan kenyataan yg sekarang dihantui mimpi-mimpi.
lompat, mau lompat dari mana ke mana? dari atas gedung ke lantai dasar??? (pecundang!)
tidur, coba mengikuti cara tuhan, yg membayang-bayangii jalanku dengan mimpi, maka aku hanya akan bermimpi..... siapa tau mimpi indah dan kemudian jadi kenyataan. hohohho....
duduk.... berfikir apa sebenarnya yang sedang aku hadapi, dan coba mengkoreksi beberapa kesalahan dalam fikiranku... siapa tahu? aku dapat solusi yg bagus ^^

apapun itu,
sedih,...
berat,...
bingung,...
atau apalah ???

yg aku tahu di dalam hatiku aku MENYAYANGI mu....

sampai nanti mimpi-mimpi itu bosan membayangi dan mengembalikan kenyataan itu....

apa sih cinta itu......?

hahahahahahaha itu mah pertanyaan klasik buat orang-orang yang ngakunya udah ngerasain cinta, udah pacaran sampe 69 kali (mungkin....:p) atau ada juga ada yang punya seabrek masalah dengan yang namanya cinta. mulai dari backstreet, perselingkuhan, CLBK, per-makcomblangan (atau apalah namanya :p), pasangan posessive, putus-nyambung terus, and lain-lainnya yang ga bisa gw sebutin semuahnya. tapi belum tau apa itu artinya cinta...........

duh....... kasian banget deh buat para lover (sebutan u/. semua pengunjung blog ini) yang kaya gitu...

tapi tenang, di sini lover semua bakalan di kasih wejangan-wejangan yang superb dari dukun cinta (sebutan u/. pemilik blog ini)

bakalan ada banyak hal yang dukun cinta bagi-bagiin untuk lover semua, kayak: tips-tips cinta, ramalan cinta, cerita cinta mulai dari yang happy ending, abstrak ending, sad ending, bad ending sampe ternungging-nungging. buat lovers yang suka musik atau film dukun cinta juga bakalan kasih mp3 cinta 'n mp4 cinta untuk memanjakan telinga dan mata lover semua.

ga ketinggalan seperti sms cinta, puisi cinta dan obat cinta buat para lover yang baru sakit hati akibat gagal dalam bercinta. memang cuma ada di sini yang kaya begituan heheheheh,.......
tapi dukun cinta tidak menyediakan obat kuat, kalau mau coba aja lu olang tanya ke sebelah la.

so, jangan ngaku gaul cinta kalau belum tongkrongin blog ini. oke lovers!!!?? selamat menjelajahi dunia cinta. wkwkwkwkwwkwk I LOVE YOU FUll
Cinta Itu Indah, Cinta Itu datang tak disangka-sangka...
Cinta Itu Hangat meski jauh entah dimana,
cinta Itu seperti angin, menghembus-membelai relung hati kita...

dirinya...
hanya dirinya yang ada di pikiran,
tak peduli lagi dunia...
tak terlihat lagi kekurangan apapun yang berada padanya
itulah kenapa cinta menjadi buta
tak terdengar lagi suara-suara dunia yang mencela hubungan ini
itulah sebabnya cinta tuli...

ku sering tersenyum mengingat-ingat kenangan kita berdua
ku sering menangis menyadari kanyataan keadaan kita
ku terus berharap semua kembali
ku terus berdo'a hanya kau pemilik hati...

sakit...
pedih...

perih...
apapun semua perasaan tak menyenangkan kini bercampur
merubah raut wajahku
dari senyum menjadi cemberut
dari berseri menjadi suram
dari bahagia menjadi dilema merana...

ingin ku menangis terus...
terus...terus... terus...
hingga tetes terakhir air kepedihan ini...
hingga tak terasa lagi sakit ini,

apa aku harus mati?
tidak..
ku pikir tak perlu...
biar lah kutahan rasa tak menyenangkan ini,
sampai aku mati...
cita itu seperti bunga...
benih yang jauh pun dapat tumbuh di hati
seperti penyebaran tumbuhan,
bisa melalui angin, air, kumbang yang tak terduga

cinta itu seperti bunga...
tumbuh sangat tak cepat
sampai tak sabar hati ini ingin melihat lagi..
terkadang membuat paranoid, cemas tak karuan..

sangat indah...
perhatian terus menghujani
seiring tumbuhnya bunga itu... cinta itu..
terus perhatikan jangan sampai terlengah

bunga itu sangat wangi
cinta itu terasa wangi saat bernafas...
seolah bayang-bayangnya masuk ke paru-paru
dan mengalir lembut hingga ke jantung-hati

bila tak disentuh sehari saja
langsung lemah, layu dan kering
hanya sisa-sisa yang dirasakan
sampai hujan menenggelamkan reruntuhan kelopak cinta

sangat menyedih kan bila bunga lain tumbuh..
berikan warna baru..
rasa dan aroma berbeda
hingga akhirnya... ya sudah lah...

lalui hari-hari seperti bunga yang tak terurus
hidup segan mati tak mau
air, pupuk, perawatan tak mampu lagi mengmbalikan keindahan
yang sudah kau tinggalkan,

terus... terus... dan terus...
satu per satu daun, kelopak cinta mulai berjatuhan
akar tak lagi mampu menahan batang kurus tak bertenaga
angin dingin terasa sangat memilukan bila membelai
Dramawan, cerpenis dan penyair besar Indonesia WS Rendra telah kembali ke pangkuan Sang Maha Hidup dalam usia 74 tahun, pada Kamis malam (6/8). Kepergian budayawan kenamaan untuk selama-lamanya itu, merupakan suatu kehilangan besar bagi kalangan budayawan tanah air. Sebagai “aset nasional”, Rendra yang mendapat julukan “Burung Merak” itu, namanya kondang baik di dalam dan manca negara. Beberapa penghargaan bergengsi atas dedikasinya berkiprah di jalur seni itu telah ia genggam.

Sebagai salah seorang penggemarnya, saya beruntung pernah menyaksikan penampilan memukau WS Rendra membacakan puisi-puisinya di Taman Ismail Marzuki (TIM) beberapa tahun menjelang kejatuhan rezim Orde Baru.

Masih terbayang, dengan berbusana serba hitam WS Rendra membacakan puisi-puisi bernada protes dalam penampilan tunggal tersebut. Untuk situasi politik masa itu, ia termasuk penyair yang berani. Dengan vokal suara bariton dan agak serak-serak, ia lantang dan keras menyuarakan protes. Seakan-akan nalurinya sebagai seniman itu, ia telah mencium gelagat tidak beres dari penguasa masa itu.

Bahkan bukan pada saat penampilan di TIM malam itu saja ia mengekspresikan “tanda-tanda jaman”. Tahun-tahun sebelumnya, penampilan-penampilan panggung Rendra di muka publik, baik itu pementasan drama maupun pembacaan puisi telah ia kirimkan “sinyal-sinyal” ketidakberesan negeri kepada sang penguasa. Karenanya, pernah saya baca di media massa izin-izin pementasan Rendra dipersulit pihak aparat keamanan. Bahkan dilarang.

Malam itu Rendra dengan cukup santai membacakan beberapa puisi karyanya. Mulai dari “Blues untuk Bonnie”, “Sajak Seonggok Jagung”, “Sajak Sebatang Lisong” dan lain-lain.

Menurut saya, gaya dia membacakan puisi dengan menggerakkan dan meliuk-liukkan anggota tubuh itu, memang laksana burung merak yang tengah mengepak-ngepakkan sayapnya. Mungkin saja gaya Rendra inilah yang melambungkan sebuah julukan khas dan melekat pada dirinya: Penyair Si Burung Merak.

Lantaran kedinamisan Rendra di atas panggung ini, sesekali istrinya Ken Zuraida yang setia berdiri di bibir panggung, naik untuk membetulkan perlengkapan mikropon wireless yang menempel di pinggang Rendra.

***

Secara pribadi, di awal-awal dekade 1990-an, penyair besar tersebut “turut andil” mensukseskan sebuah pdkt atau pendekatan saya pada seorang gadis. Sajak Rendra “Surat Cinta” , saya “modifikasi” tertentu seolah-olah itu tulisan tangan sendiri (agak lucu kan kalau kita menulis surat cinta pakai daftar pustaka segala). Selain Rendra, penyair yang sajak-sajaknya kerap saya kutip dalam sepucuk surat pribadi itu antara lain: Amir Hamzah, Sitor Situmorang, Kahlil Gibran, Jalaluddin Rumi dan Rabiah al-Adawiyah.

Menurut penuturan salah seorang teman indekostnya saat mahasiswa dulu, bila surat cinta itu saya kirim (baik melalui perantaraan teman atau pos) dan telah dibacanya, maka semalaman si pacar itu tidak bisa tidur. Ketika suatu waktu soal itu saya singgung dan tanyakan, si mantan pacar yang kini menjadi ibu dari ketiga anakku itu tegas-tegas menyangkalnya, seraya mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

***

Dalam konteks sajak “Surat Cinta” Rendra itu, sejatinya yang saya perlukan hanya mengganti kata “dik Narti “ menjadi “dik Indra” (mantan pacar yang kini jadi istri). Di samping itu, tentu saja saya tidak mengutip mentah-mentah apa yang telah tersurat dari sajak tersebut. Ada modifikasi kalimat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi tatkala surat itu dibuat.

Perhatikan beberapa bait kutipan sajak ini. Dan jika pembaca adalah seorang perempuan muda yang tengah dimabuk kepayang, resapi kedahsyatan sajak ini. Beberapa petikan sajak “Surat Cinta” WS Rendra itu sebagai berikut:

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikimpoikan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain…
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa


Selamat Jalan Bung. Menghadaplah engkau kepada Sang Maha Penyair dengan seulas senyum. Kepakkan sayap-sayap burung merakmu itu pada-Nya dengan kegembiraan yang meluap-luap. Dalam buaian dan haribaan-Nya, semoga engkau beristirahat panjang dengan tenang.

Sajak Gadis Dan Majikan – WS Rendra

Janganlah tuan seenaknya memelukku.
Ke mana arahnya, sudah cukup aku tahu.
Aku bukan ahli ilmu menduga,
tetapi jelas sudah kutahu
pelukan ini apa artinya…..
Siallah pendidikan yang aku terima.
Diajar aku berhitung, mengetik, bahasa asing,
kerapian, dan tatacara,
Tetapi lupa diajarkan :
bila dipeluk majikan dari belakang,
lalu sikapku bagaimana !

Janganlah tuan seenaknya memelukku.
Sedangkan pacarku tak berani selangsung itu.
Apakah tujuan tuan, sudah cukup aku tahu,
Ketika tuan siku teteku,
sudah kutahu apa artinya……

Mereka ajarkan aku membenci dosa
tetapi lupa mereka ajarkan
bagaimana mencari kerja.
Mereka ajarkan aku gaya hidup
yang peralatannya tidak berasal dari lingkungan.
Diajarkan aku membutuhkan
peralatan yang dihasilkan majikan,
dan dikuasai para majikan.
Alat-alat rias, mesin pendingin,
vitamin sintetis, tonikum,
segala macam soda, dan ijazah sekolah.
Pendidikan membuatku terikat
pada pasar mereka, pada modal mereka.

Dan kini, setelah aku dewasa.
Kemana lagi aku ‘kan lari,
bila tidak ke dunia majikan ?

Jangnlah tuan seenaknya memelukku.
Aku bukan cendekiawan
tetapi aku cukup tahu
semua kerja di mejaku
akan ke sana arahnya.
Jangan tuan, jangan !
Jangan seenaknya memelukku.
Ah, Wah .
Uang yang tuan selipkan ke behaku
adalah ijazah pendidikanku
Ah, Ya.
Begitulah.
Dengan yakin tuan memelukku.
Perut tuan yang buncit
menekan perutku.
Mulut tuan yang buruk
mencium mulutku.
Sebagai suatu kewajaran
semuanya tuan lakukan.
Seluruh anggota masyarakat membantu tuan.
Mereka pegang kedua kakiku.
Mereka tarik pahaku mengangkang.
Sementara tuan naik ke atas tubuhku.

Jumat, 07 Januari 2011

Mungkin aku memang lemah
Mungkin aku tak pernah punyai lelah
Saat ku terdiam menangisi pergimu
Terus ku terpaku oleh harapan semu

Sepertinya… t’lah cukup banyak kutulis
T’lah cukup dalam hati ini kuiris
Agar bisa kucoba lagi cinta dari mula
Dengan ia yang mampu merasakannya

Namun cinta untukmu terus bertahan
Di sekeping sisa hati ini pun cinta untukmu kurasakan
Kerinduan hadirmu tak pernah bisa hilang
Oh Tuhan… bagaimana semua ini harus kuartikan ?